Search

Negeri Soya Dan Adat Cuci Negeri sebuah mozaik budaya Maluku (Bag. V Tamat)

Baca Bag. I, Bag II , Bag. III dan Bag. IV

(Sumber : Pemerintah Negeri Soya; Kota Ambon, Maluku)



6.    Kunjungan ke Wai Werhalouw dan Uniwei

Sambil menyanyi, rombongan terbagi dua, sebagian menuju air Unuwei, (anak Soa Erang dan Rakyat lainnya). Di sana setiap orang mencuci tangan, kaki, dll, kemudian rombongan yang datang dari air Unuwei berkumpul di Soa Erang (Teung Rulimena) sambil menantikan rombongan dari Wai Werhalouw (Soa Pera).


 7.    Persatuan Dalam “Kain Gandong”

Di Teung Tunisouw, telah dipersiapkan Kain Gandong yang kedua ujungnya dipegang oleh dua orang “Mata Ina” yang tertua dari Soa Pera membentuk huruf U menantikan rombongan yang naik dari Wai Werhalouw. Setelah rombongan ini masuk ke dalam Kain Gandong, maka Kain Gandong diputar-putar sebanyak tiga kali (sebutan orang Soya: Dibailele) mengelilingi rombongan, kemudian menuju rumah Upulatu Yisayehu. Dari sini, rombongan dari Tunisou melanjutkan perjalan-an menuju Soa Erang (Rulimena) untuk menjemput rombongan. di Soa Erang, rombongan dari Tunisou dielu-elukan oleh rombong-an Soa Erang yang kemudian menyatukan diri dalam Kain Gandong. Di tempat itu pula Kain Gandong diputar-putar sebanyak tiga kali mengelilingi rombongan yang telah bersatu  tersebut. 


Rombongan Soa Pera dijamu oleh rombongan Soa Erang dengan hidangan ala kadarnya sebagai penghormatan dan rasa persatuan. Disamping itu, disediakan juga satu meja persatuan dengan makanan adat bagi para tamu yang tidak pergi ke Unuwei. Selanjutnya kedua rombongan yang telah bersatu dalam Kain Gandong tersebut sambil bersuhat menuju kembali ke rumah Upulatu.

8.    Kembali Ke Rumah Upulatu

Di rumah Upulatu, rombongan kemudian menggendong Upulatu dan istrinya dan orang tua-tua lainnya ke dalam kain gandong sambil berpantun. Dengan demikian lengkaplah seluruh unsur dalam negeri sebagai satu kesatuan. Prosesi ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara.  Prosesi ini kemudian  dibubarkan,  dan Kain Gandong disimpan di rumah Upulatu. Para tamu yang ada kemudian  dijamu dengan makanan adat di rumah Upulatu.
 
 
9.    Pesta Negeri

Upacara Cuci Negeri akan menjadi lengkap dengan pesta negeri yang merupakan suatu ungkapan suka-cita, kebersamaan, dan kekeluargaan. Atas semua proses upacara cuci negeri yang boleh dilakukan.  Pesta ini biasanya sangat meriah karena dihadiri oleh seluruh rakyat. Pesta itu diisi dengan badendang, tifa, totobuang, menari, dll. 

10.    Cuci Air

Pada keesokan harinya, Sabtu,  setelah berpesta semalam suntuk, semua orang menuju kedua air (Wai Werhalouw dan Unuwei) untuk membersihkannya. 
Hal ini dimaksudkan agar  air selalu bersih untuk dapat digunakan oleh masyarakat. 
 
11.    Penutup

Demikian tulisan ini kami persembahkan  dan kiranya dari padanya, kita akan memiliki pengetahuan awal tentang Budaya Cuci Negeri, yang merupakan tradisi dari turun-temurun. Kami sadar sungguh bahwa, tulisan ini tidak lepas dari berbagai kekurangan dan kelemahannya. Demi penyempurnaannya, kami berharap adanya kritik dan saran dari Bapak/Ibu. Kiranya Kekayaan budaya ini akan menjadi tata kehidupan dalam menuntun hidup bermasyarakat di Negeri Soya.Semoga ..!
 

3 komentar:

  1. Hi brother,

    Thank you for your nice comment, I appreciate this :)

    I Hope a Good luck for you,,

    Best Regards from Isma'lia, Egypt

    BalasHapus
  2. evan11:21

    Terima kasih untuk tulisan yg hebat ini.sy sbg anak negeri sangat terbantu untuk tau ttg Cuci Negri GBU

    BalasHapus
  3. trimakasih buat ulasan sejarah negri beta minta akang dari bu tulisan ini e, beta copy di beta blog untuk gabungin sejarah" maluku katong baku kele angka budaya ke permukan, lawamena haulala, saka mese nusa !

    BalasHapus

Ketik komentar di bawah ini ya

Pengunjung

Free counters!